Minggu, 01 April 2012

askep urachus



BAB I
PENDAHULUAN


1.1    LATAR BELAKANG
Urachus terjadi bila penutupan allantois terganggu. Bila penutupan allantois tidak terjadi maka terdapat hubungan antara vesika urinaria dengan dunia luar melalui umblikus. Tergantung pada lokalisasi penutupannya maka dapat keluar lendir atau urine atau sama sekali tidak keluar sama  sekali.tidak keluar apa-apa dari umbilikus.bila yang menutup letaknya :
1.         Dekat vesika urinaria maka yang keluar pada umblikus adalah lendir mukosa allantois
2.         Dekat umblikus maka tidak terjadi keluhan
3.         Dekat vesika urinaria dan dekata umbilikus maka bagian tengah akan tetap terbuka dan terbentuk cyste urachal, pada pemeriksaan teraba masa pada midline diantara sympisis dan umblicus. Pada pemeriksaan bila terjadi infeksi akan didapat
a.       Nyeri pada palpasi masa yang bersangkutan
b.      Badan terasa panas
c.       Sering disertai dengan perubahan-perubahan dari tractus urogenital
Bila tidak terjadi penutupan allantois sama sekali maka dari umbilicus akan keluar urine, tetapi hal ini jarang sekali terjadi.
1.2    Tujuan umum
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian urachus serta penyebab terjadinya urachus
1.         Tujuan khusus
1)        Untuk  menjelaskan pengertian urachus
2)        Untuk menjelaskan embriologi dari urachus
3)        Untuk  klasifikkasi terjadinya urachus
4)        Untuk menjeelaskan komplikasi dan penanganan urachus
5)        Untuk menjelaskan asuhan keperawatan pada urachus
1.3    Manfaat
1.         Agar mahasisa mampu menjelaskan pengertian urachus
2.          Agar mahasiswa menjelaskan embriologi dari urachus
3.         Agar dapat menjelaskan klasifikkasi terjadinya urachus
4.         Agar mampu menjeelaskan komplikasi dan penanganan urachus
5.         Agar mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada urachus













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Definisi
Urachus adalah suatu korda fibromuskular yang berlokasi pada jaringan ekstraperitoneal anterior dalam ruang Retzius (antara fasia transverlis sebelah anterior dan peritoneum parietalis disebelah posterior).
2.2    Anatomi
Urachus berbentuk saluran yang pada orang dewasa berukuran panjang 1,2-3,9 inci (3-10 cm) dan diameter 0.3-0.4 inci (8-10 mm), berkembang dari bagian superior sinus urogenital dan menghubungkan fundus vesika urinaria ke umbilicus selama kehidupan fetal. Urachus adalah normal pada kehidupan embrionik dan mengalami obliterasi dengan 32 minggu masa gestasi, menyisakan pita fibrous yang pada orang dewasa di kenal sebagai ligamentum umbilikalis media. Secara histology urachus merupakan tabung fibromuskuler yang terdiri atas tiga lapisan berbeda yaitu:
1.         saluran epitelial dengan epitel transisional (70%) atau epitel kolumner (30%)
2.          lapisan jaringan konektif submukosal
3.          otot polos pada lapisan terluar yang memiliki kontinuitas dengan muskulus detrusor.
Defek pada obliterasi urachus menimbulkan kelainan bawaan berupa fistula urachus, sinus urachal, divertikulum urachal dan kista urachal. Sisa urachus dapat memberikan berbagai masalah tidak hanya pada bayi dan anak-anak tetapi juga pada orang dewasa.
2.3    Embriologi
             Urachus merupakan sisa embriologi dari involusi alantois dan ventral kloaka, akan tetapi masih terdapat kontroversi mengenai kontrobusi pasti dari alantois dan ventral kloaka terhadap terbentuknya urachus. Alantois sendiri muncul pada hari 16 setelah konsepsi sebagai kantong yang bermuara pada dinding kaudal yolk sac, menghubungkan sinus urogenital dengan umbilikus, berfungsi sebagai vesika urinaria embrionik pada awal pembentukan darah dan pembentukan ginjal definitif. Normalnya, bagian ekstraembrional alantois mengalami degenerasi selama bulan kedua masa gestasi. Adakalanya, sisa allantois ini ditemukan pada proksimal umbilicus dan dapat dilihat antara arteri umbilikalis pada pemeriksaan patologik fetus selama masa grestasional ini. Bagian intraembrionik alantois membentuk hubungan dari umbilikus higga ke sinus urogenital. Antara bulan ke 4-5 gestasional, vesika urinaria mulai mengalami desensus ke depan bawah rongga pelvis dan menginduksi involusi alantois, menyebabkan umbilical cord bertambah panjang dan alantois mengalami involusi membentuk urachus. Setelah kelahiran, urachus menjadi pita fibrous yang pada orang dewasa di kenal sebagai ligamentum umbilikalis media.
2.4    Kelainan pada urachus
Anomaly urachus diakibatkan oleh kegagalan obliterasi lumen urachus dengan etiologi yang mendasari baik secara genetik maupun pada tingkatan molekuler masih belum diketahui. Defek obliterasi ini memberikan variasi kelainan yang menyebabkan hubungan menetap antara vesika urinaria, urachus dan umbilikus. Oleh karna kasusnya yang jarang, kelainan sisa urachus sering dimisdiagnosis dan dibingungkan dengan gangguan intraabdominal daerah midline dan gangguan pada rongga pelvis. Terbentuknya urachus berhubungan langsung dengan desensus vesika urinaria. Tergantunggnya proses desensus ini lebih sering menyertai paten urachus di banding obstruksi saluran keluar vesika urinaria. Anomaly urachus kongentinal dua kali lebih sering di temukan pada laki-laki dibanding perempuan dan dikenal 4 jenis kelainan, yaitu fistel urachus, kista urachal, sinus uracal dan divertikulum urachal.

1.         Fistula urachul
Fistula urachus mewakili sekita 50% dari seluruh anomali urachal dengan insiden sekitar 0,25-15/10.000 kelahiran dan 2:1 predominan pada laki-laki. Fistula terjadi bila saluran sisa hubungan menetap antara vesika urinaria dengan umbilikus akibat kegagalan total penutupan garis epithelial kanal urachal, sehingga urin dapat mengalir keluar melalui umbilikus. Kausanya masih idiopatik tapi ada beberapa teori yg muncul, yaitu teori obstruksi vesika urinaria intrauterine, teori kegagalan proses penurunan vesika urinaria ke dalam pelvis dan teori re-tubularization.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan drainase cairan dari umbilikus secara continuous atau intermiten yang meningkat alirannya saat peningkatan tekanan intra abdominal seperti menangis, batuk dan mengedan. Gejala tambahan yang biasa muncul, seperti pembesaran atau edematous umbilikus, dan lambatnya penyembuhan tali pusat. Konfirmasi diagnosa dapat dilakukan dengan analisis ureum dan kreatinin pada cairan atau injeksi methylen blue atau indigo Carmen melalui kateter ke dalam vesika urinaria. Pemeriksaan Longitudinal ultrasound dan Voiding Cystourethrogram (VCUG) penting dipakai untuk membedakan dengan paten omphalomesenterik dan juga dapat menunjukkan hubungan umbilikus dengan vesika urinaria. Pada kultur bakteri tersering didapatkan staphylococcus aureus, escherichia coli, enterococcus dan citrobacter. Pada 15-30% pasien, fistula urachus disertai dengan atresia uretra atau obstruksi katup posterior yang mana merupakan mekanisme proteksi terhadap obstruksi. Paten urachus di diagnosis banding dengan paten duktus omphalomesenterik, sinus urachus, omphalitis, granulasi penyembuhan umbilikus, infeksi pembuluh darah umbilikus.


2.          Kista urachal
Kista urachal terjadi jika urachal menutup pada daerah umbilikus dan vesika urinaria akan tetapi, diantara kedua area tersebut saluran urachus tetap paten. Lumen sisa ini kemudian terisi Cairan dan membentuk kista. Kista urachal ditemukan pada 30% dari keseluruhan kasus anomali Urachus dengan insiden yang rendah (kira-kira 1/5000 kelahiran) dan 3:1 predominan pada laki-Laki. Umumnya, kista urachal terjadi pada sepertiga distal urachus, berukuran kecil dan Asimptomatik, tidak terdeteksi hingga terjadi komplikasi (misalnya infeksi) yang memberikan manifesti klinik. Kista non infeksi dapat menjadi simptomatik jika semakin membesar atau terdeteksi secara tidak di sengaja dalam pemeriksaan rutin untuk alasan lain. (misalnya hidronefrosis prenatal dan infeksi saluran kemih).
Kista urachal dengan infeksi memberikan gejala klinis berupa demam, nyeri perut bawah Daerah midline, masalah buang air kecil dengan atau tanpa infeksi saluran kemih dan kadang-kadang adanya massa lunak suprapublik dengan kulit yang eritem di atasnya. Infeksi sekunder ini terjadi akibat migrasi dari umbilikus atau kandung kemih, transmisi hermatogen, transmisi Limfatik atau trauma tumpul abdomen. Staphylococcus aureus merupakan organism yang paling sering menyebabkan infeksi pada kista urachal. Infeksi kista urachal lebih sering di temukan pada Orang dewasa di banding anak-anak.
Sebagai pemeriksaan pelengkap, USG merupakan pilihan pencitraan yang ideal dalam diagnosis kista urachal. Menurut literature, kebeharsilan diagnostik dengan USG adalah 75-100%. Pada gambaran USG tampak masa ekstraperitoneal di antara umbilikus dan vesika urinaria, Midline dan kistik. Jika terdapat infeksi, USG Scan atau MRI umumnya tidak dibutuhkan, akan Tetapi dapat digunakan dalam menentukan ukuran dan lokasi kista, CT Scan dan MRI digunakan Untuk mengevaluasi adanya perluasan sekunder proses inflamasi pada struktur di sekitar kista Urachal. Pemeriksaan penunjang lain seperti uretrosistografi, kegunaanya masih diragukan.
3.         Sinus urachal
Sinus urachal ditemukan pada 15% kasus anomaly urachus. Pada sinus urachal, saluran Urachus tertutup parsial dengan saluran sisa membuka ke umbilikus. Bagian distal dari urachus terisi oleh sel epitel deskuamasi, dan tidak terdapat hubungan dengan vesika urinaria. Atau dapat pula terjadi akibat kista urachus yang membuka saluran drainase ke arah umbilikus. Pada pemeriksaan fisis, dapat ditemukan adanya drainase yang intermiten dari umbilikus (dapat serous atau serosangiunous). Sinus urachal sering menjadi penyebab episode infeksi pada umbilikus, menyebabkan timbulnya drainase cairan dari umbilikus. Anak akan mengeluhkan pembengkakan periumbilikal, umbilikus yang lembab/basah atau jaringan granulasi pada umbilikus. Pada banyak kasus anak ini akan mengalami kauterisasi perak nitrat berulang kali akibat mis-diagnosis dengan jaringan granulasi, biasa setelah pemotongan sisa korda umbilikus. Diagnosis sinus urachal mungkin sukar dibedakan dari granuloma umbilikus atau sinus Umbilikus. Fistulogram mungkin akan sangat membantu. Harus pula dibedakan dengan persisten duktus omphalomesenterik melalui pemeriksaan sonogram.
4.         Divertikulum urachal
Divertikulum urachal mewakili 3-5 % anomali urachal. Divertikel vesikourachal merupakan kantung bermuara pada apeks vesika urinaria yang disebabkan karena penutupan yang tidak sempurna urachus proksimal. Umumnya pasien dengan divertikulum vesikourachal tidak memberikan keluhan karena aliran urine pada divertikulum mengalir baik seiring dengan pengosongan vesika urinaria. Divertikulum vesikourachal sering ditemukan secara tidak sengaja selama evaluasi dengan alas an yang lain. Divertikulum vesukourachal mungkin tidak menyebabkan penyulit, akan tetapi kadang-kadang ukurannya menjadi lebih besar dan pengosongan urin didalamnya menjadi jelek, menimbulkan infeksi saluran kemih yang rekuren atau pembentukan batu didalamnya.
5.         Penanganan kelainan urachus
Penanganan bedah adalah penanganan sentral dari urachus anomaly, dengan pengecualian paten urachus pada neonates, yang dapat tertutup secara Spontan bila tidak terjadi obstruksi vesikaurinaria, dan divertikulum dengan mulut lebar. Kelainan urachus yang diindikasi untuk operasi adalah persisten paten urachus (karena resiko rekuren infeksi, pembentukan batu, drainase cairan persisten dari umbilikus, ekskoriasi, dan nyeri), kista urachus yang simptomatis (berukuran besar atau infeksi), dan sinus urachus yang simptomatis.
Eksisi merupakan penanganan terpilih untuk abnormalitas urachus. Sejauh ini pendekatan tradisional dengan eksisi total urachus dilakukan melalui insisi curvilinear hipogastrik (bayi) atau insisi transversal infraumbilikal (anak yang lebih tua) memberikan eksposur yang adekuat. Penanganan bedah dilakukan dengan eksisi radikal sisa urachus termasuk ligamentum umbilikalis medialis sama halnya dengan peritoneum yang bersebelahan dengan umbilicus hingga fundus vesikaurinaria dengan sedikit fragmen fundus vesikaurinaria pada insersi urachus diangkat. Mukosa hendaknya tidak ditinggalkan pada umbilicus. Hal ini dilakukan untuk mencegah rekurensi, pembentukan batu, dan mencegah timbulnya malignansi adenokarsinoma.
Eksisi primer merupakan penanganan terpilih untuk kista urachal tanpa infeksi. Untuk kista yang berukuran kecil dan asimptomatik yang ditemukan secara tidak sengaja, hendaknya diobservasi terlebih dahulu dengan USG serial. Pada kasus kista urachal yang terinfeksi, umumnya diberikan antibiotik terlebih dahulu untuk menenangkan dan membatasi proses infeksi sehingga mengurangi komplikasi setelah operasi. Setelah infeksi kista tertangani, dilakukan pembedahan untuk membuang seluruh sisa urachus. Pada bayi atau anak-anak, insisi pfannenstiel dapat digunakan dan lagi jarak dari dasar umbilicus dan fundus vesikaurinaria pada bayi sangat pendek. Penanganan kista urachal dengan drainase kista tidak adekuat karena angka rekurensi mencapai 30% dan pasien menghadapi resiko adenokarsinoma pada sisa urachus yang tidak direseksi walaupun insidennya sangat rendah. Komplikasi postoperative yang biasa muncul adalah drainase urine persisten, yang dapat ditangani dengan prolonged kateter. Dan infeksi, yang umumnya bersifat superfisial dan berespon baik dengan antibiotik. Sinus urachus dapat diobservasi terlebih dahulu pada 4-8 minggu awal kehidupan. Jika menetap maka dilakukan koreksi bedah. Koreksi bedah harus meliputi seluruh saluran urachus dari umbilicus hingga fundus vesikaurinaria. Pada bayi dan anak-anak, operasi ini dapat dilakukan dengan sangat mudah melalui pendekatan insisi pfannenstiel. Pada bayi, jarak dari fundus vesikaurinaria ke dasar umbilicus sangat dekat. Rencana pembedahan dilakukan setelah penanganan infeksi yang adekuat karena struktur intraperitoneal dapat melekat pada urachus selama proses inflamasi tersebut. Pada fistula urachus, observasi dilakukan terlebih dahulu pada beberapa bulan awal kehidupan karena pada beberapa kasus dapat mengalami resolusi spontan. Koreksi bedah diharuskan jika menetap setelah 2 bulan. Jika terdapat obstruksi saluran keluar vesikaurinaria harus dikoreksi terlebih dahulu karena hal ini mungkin menjadi penyebab patensi urachus yang menetap.

2.5    Komplikasi
              Komplikasi serius dari kista urachal yang terinfeksi adalah rupture kista ke dalam rongga peritoneum, proses inflamasi kista yang meluas sehingga melibatkan usus didekatnya dan pembentukan fistula enterocutaneus. Pada divertikulum urachal, pembesaran ukuran dan pengosongannya yang terganggu dapat menimbulkan infeksi saluran kemih yang rekuren atau pembentukan batu
. Resiko timbulnya keganasan dimasa datang pada sisa urachus telah diketahui baik. Timbulnya keganasan pada sisa urachus kiranya disebabkan oleh inflamasi dan infeksi kronik. Keganasan urachal terhitung hanya berkisar 1 persen hinga 10 persen dari kanker pada orang dewasa. Keganasan urachal pada umumnya berupa adenokarsinoma walaupun karsinoma sel transisional, karsinoma sel squamos dan sarcoma telah dilaporkan. Kesemuanya adalah neoplasma yang jarang dan pada umumnya ditemukan pada dewasa tua. Karsinoma urachal ditemukan tersering pada lokasi peralihan ligament urachal dan fundus urinaria.
2.6    Prognosis
Kelainan sisa urachus umumnya tidak memiliki morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Kecuali jika kelainan congenital serius ditemukan bersama dengan sisa urachus, prognosisnya adalah jelek. Pasien dengan kelainan sisa urachus yang sudah dioperasi lazimnya sangat baik. Pada umumnya anak mengalami pemulihan dengan cepat. Komplikasi kelainan sisa urachus berupa adenokarsinoma memberikan prognosis yang jelek.























BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1         Pengkajian
1.      Identitas
Nama                 :an “A”                                                no registrasi     :108782
Umur                 :4 thn                                                   MRS                :07/02/2012
Jenis kelamin     :perempuan                                          diagnosa          :
Suku / bangsa    :jawa-indonesia                                   pre op              :urachus
Pekerjaan           :-                                                          post op                        :granuloma
Pendidikan        :-                                                                                  umblikus
Alamat               :sebelah timur pasar cukir
2.      Riwayat keperawatan
1)        Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan keluar flek darah pada pusar
2)        Riwayat penyakit sekarang
Ibu pasien mengatakan sejak lahir pasien mengeluarkan darah pada pusarnya,  darah semakin banyak bila ada tekanan intraabdomen seperti kenyak atau px menangis. Px disarankan dilakukan untuk perasi bila sampai umur 3 tahun px masih mengeluarkan darah pada pusarnya. Pada tanggal 07/02/2012 pasien konsultasi di pli bedah kemudian dipindahkan diruang mawar. Pada tanggal 08/02/2012 pasien dilakukan operasi pukul 14.00.
3)        Riwayat penyakit dahulu
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mengaalami penyakit ini sejak lahir
4)        Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang menderita penyakit seperti ini. Kedua kakaknya lahir secara nrmal.
3.      Pengkajian pre operasi
1)        Persiapan pasien
a.       Pasien terbebas dari kotoran
b.      Pasien memakai baju operasi
c.       Menilai keadaan umum pasien, k/u:baik TTV: N=120x/mnt, RR=24x/mnt, s=37 0c
d.      Pastikan pasien dalam keadaan puasa
e.       Inform consent
Keluarga mendapatkan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
f.       Serah terima antara perawat ruangan dengan perawat OK, memeriksa kelengkapan foto rotagen, pemeriksaan lap dll
g.      Pemeriksaaan fisik pre op
·           B1 (breating)                    :gerakan dada simetris, tidak ada gangguan pernafasan, RR=22x/mnt, tidak ada suara tambahan whezing-/-. Ronchi -/-
·           B2 (blood)                        :tidak  ada nyeri dada, suara jantung S1,S2 tunggal, N=90x/mnt, RR=22X/mnt, S=370c
·           B3 (Brain )                       :kesadaran compos mentis
·           B4 (bleder)                       :px tidak terpasang kateter, pasien sudah BAK saat pengkajian
·           B5 (bowel)                       :pasien puasa, mukosa bibir kering, bising usus menurun
B6 (bone)                                :terdapat darah yang keluar dari umbilikus ,± 1cm luka pada pusar, ada massa
4.      Persiapan premedikasi
·           Mengantar pasien ke ruang OK 4
·           Memindahkan pasien ke meja operasi
·           Melakukan anastesi GA ,obat yang diberikan revacol 40 mg, trasmus 5 mg, pronalgesup 1, aminophilin, dexametason
5.      Pengkajian intra operasi
·           Memberikan dukungan mental pada ibu pasien yang mendampingi sebelum operasi
·           Mencuuci tangan sampai siku dengan menggunakan air mengalir , lalu ambil sabun diratakan, bilas dengan air mengalir, tangan berada pada posisi lebih tinggi dari siku dan keringkan dengan handuk steril
·           Ambil jas steril secara aseptik yaitu pasang jas pada garis dengan menggunakan tangan kiri dan posisi tangan kanan tetap setinggi bahu
·           Melakukan fiksasi atau sabuk pengaman agar pasien tidak jatuh dan menggangu jalannya perasi
·           Pasien tidur terlentang
·           Memasang alat pemantau hemodinamik antara lain ambubag, alat monitoring, ETT, enkubasi, induksi, memasang elektrode pada dada pasien
·           Lakukan antiseptik pada area operasi dengan betadin dan alkohol
·           Memasang duk steril pada daerah urachus
·           Evaluasi umblikus , tidak terdapat lumen hanya didapatkan granuloma
·           Melakukan tindakan insisi pada granuloma umblikus
·           Jahit luka menggunakan dexan 3.0
·           Luka dibersihkan dengan betadin
·           Luka yang dijahit kemudian ditutup dengan kasa steril
·           Operasi selesai , pasien dipindahkan keruangan pemulihan atau RR
·           Alat-alat instrumen operasi dirapikan dan direndam laalu dici dan dikeringkan dan dilakukan sterilisasi
6.      Pemeriksaaan fisik intra
·           B1 (breating)                    :gerakan dada simetris, tidak ada gangguan pernafasan, RR=22x/mnt, tidak ada suara tambahan whezing-/-. Ronchi -/-
·           B2 (blood)                        :tidak  ada nyeri dada, suara jantung S1,S2 tunggal, N=90x/mnt, RR=22X/mnt, S=370c
·           B3 (Brain )                       :pasien tidak sadar karena pengaruh anastesi
·           B4 (bleder)                       :px tidak terpasang kateter
·           B5 (bowel)                       :pasien puasa, mukosa bibir kering, bising usus menurun
·           B6 (bone)                         :terdapat darah yang keluar dari umbilikus ,± 1cm luka pada pusar, ada massa
7.      Pemeriksaaan fisik pre op
·           B1 (breating)                    :px terpasang O2 masker, dilakukan suction, RR=24x/mnt
·           B2 (blood)                        :tidak  ada nyeri dada, suara jantung S1,S2 tunggal, N=90x/mnt, RR=22X/mnt, S=370c
·           B3 (Brain )                       :pasien tidak sadar karena pengaruh anastesi
·           B4 (bleder)                       :px tidak terpasang kateter
·           B5 (bowel)                       :pasien puasa, mukosa bibir kering, bising usus menurun
·           B6 (bone)                         :terdapat darah yang keluar dari umbilikus ,± 1cm luka pada pusar, ada massa
J.A ALDETTE DAN D.K ROULIK
NO
Pergerakan anggota badan
skor
skor
1
Pergerakan anggota badan
1.      Bergerak bertujuan
2.      Gerak tak tujuan
3.      diam
2
1
0

2
2
Pernafasan
1.      nafas baik, adekuat, menangis
2.      nafas depresi, ringan
3.      nafas perlu di bangu
2
1
0

2
3
Sirkulasi
1.      tekanan darah berubah dibawah 20 % pre op
2.      tekanan darah berubah dibawah 20 %-50%  pre op
3.      tekanan darah berubah diatas 50 % pre op

2

1

0



2
4
Warna kulit
1.      merah jambu
2.      pucat
3.      sianosi

2
1
0


2
5
Kesadaran
1.      sadar penuh
2.      bereaksi
3.      tidak bereaksi

2
1
0


2

Jumlah skor

10

Pemeriksaan penunjang
Nama               :an “a”
Tanggal           :18/0102012
Umur               :4 tahun
Reg                  :12010970
Pemeriksaan darah lengkap
Hasil
Nilai normal
LED
15-30
L<15  P<20 mn/jm
Waktu perdarahan
2mnt
1-6 mnt
Waktu pembekuan
10mnt 30 dtk
3,6-5,2 g/dl
Albumin
4,6
3,6-5,2g/dl
SGOT(AST)
33
L<37 P<31 u/l (opt 37 c)
SGPT(ALT)
14
L <40 P<31 u/l (opt.37c)
Ureanitrogen
13
5-23 mg/dl
creatinin
0,5
L=0,9-1,3  P=0,6-1,1 mg/dl






Diagnosa

Nama               :an “A”
Umur               :4 tahun
No
Diagnosa keperawatan
TTD
1
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

2
Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan proses pembedahan


3
Nyeri berhubungan denan terputusnya kontuinitas jaringan















ANALISA DATA
no
Tanggal
Data penunjang
Etiologi
problem
1
08/02/12
Pre op
Ds:ibu px mengatakan anaknya takut saat akan dilakukan operasi
Do:px menanggis, px merangkul ibunya saat didatangi petugas
Px ingin keluar dari ruangan
Kurang pengetahuan tentang penyakit
               
Ansietas
ansietas
2
08/02/12
Intra op
Ds:-
Do: posisi px terlentang
Proses pembedahan
Ada insisi diumblikal
N=100x/mnt
RR=20x/mnt
Granuloma
              
Insisi granuloma


 
Perubahan jarinagn kulit


 
Kerusakan jar.kulit


Kerusakan integritas jaringan
3
08/02/12
Ds:-
Do:
Keadaan umum baik
Dilakukan suction
Terdapat luka pada umblikus yang ditutup
N=120x/mnt
RR=24x/mnt
Eksisi umblikal

Kerusakan jarinagn


 
Terputusnya contuinitas jaringan

Menstimulus histamin, bradikain. Dan prostaglandin
 

Nociceptor merangsang terjadinya nyeri
Nyeri






IMPLEMENTASI
No
Tanggal
Diagnosa
Implementasi
Ttd
1
O7/02/12
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
1.      melakukan BHSP
2.      Memberi penjelasan tentang keadaan pasien dan tindakan yang dilakukan
3.      Memberikan keesempatan keluarga untuk bertanya
4.      Mengobservasi ttv
RR=24x/mnt
N=120x/mnt
S=37
5.      Menganjurkan pasien untukberdoa



Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan proses pembedahan

1.      Mengkaji intergritas kulit pada pasien
2.      Melakukan tindakan secara aseptik
3.      Menutup luka dengan sufratul kemudian ditutup kasa
4.      Melakukan observasi ttv
5.      N=80x/mnt. RR=20x/mnt
6.      Melakukan kolaborasi dengan tim medis



Nyeri berhubungan denan terputusnya kontuinitas jaringan
1.      Kaji ttv pasien tiap 15 menit
2.      Mengukur skala nyeri pasien
3.      Pasien menangis saat ditanya
4.      Mengajarkan pasien untuk menarik nafas panjang


EVALUASI
No
Tanggal
Diagnosa
Implementasi
Ttd
1
O7/02/12
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
Pre op
S:ibu px mengatakan anaknya takut dan menangis saat sebelum masuk ruang operasi
O=k/u baik, compos mentis
RR=20x/mnt, N= 120x/mnt. S=37
A=px menangis setelah dilakukan askep ibu tampak tenang
P:masalah teratasi sebagian
Intervensi dilanjutkan



Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan proses pembedahan





Nyeri berhubungan denan terputusnya kontuinitas jaringan







1 komentar:

Muchtar rahmat mengatakan...

Assalamualaikum kak mau request daftar pustakanya dong

kreator by: jony erdian s