BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama manusia. Kebutuhan sosial yang dimaksud adalah rasa dimiliki oleh orang lain, pengakuan dari orang lain, penghargaaan orang lain, serta pernyataan diri. Interaksi yang dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain.
Untuk mengatasi gangguan interaksi pada klien jiwa, therapi aktivitas kelompok sering diperlukan dalam praktek keperawatan kesehatan jiwa karena merupakan keterampilan therapeutik. Therapi aktivitas kelompok merupakan bagian dari therapi modalitas yang berupaya meningkatkan psikotherapi dengan sejumlah klien dalam waktu yang bersamaan.
Berdasarkan data ruang kenari terdapat 36 klien dengan kasus menurut diagnose keperawatannya . Pada pasien menarik diri (MD) terdapat sebanyak 14 orang dengan presentase 38,9 %, halusinasi 6 orang dengan presentase 16,7%, harga diri rendah (HDR) sebanyak 2 orang dengan presentase 5,6 %, perilaku kekerasan sebanyak 12 orang dengan presentase 33,3 % dan untuk deficit perawatan diri (DPD) sebanyak 5,6 dengan presentasi 5,6 %. Diruangan kenari kasus tertinggi adalah menarik diri.
1.2 TUJUAN
a. Tujuan umum
Pasien dapat berinteraksi dengan lingkungan
b. Tujuan khusus
1. Pasien dapat memperkenalkan diri
2. Pasien dapat berkenalan
3. Pasien dapat bercakap-cakap yaitu bertanya dan menjawab
4. Pasien dapat menyampaikan topik pembicaraan , memilih topik, member pendapat tentang topic .
5. Pasien dapat memilih topic
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP TEORI TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
2.1.1 Definisi
Terapi aktifitas kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukanNbersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Yosep, 2009. Hlm. 356). Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek keperawatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi aktifitas kelompok merupakan hal yang penting dari keterampilan terapeutik dalam keperawatan (Purwaningsih, 2009. Hlm. 32).
2.1.2 Sasaran dan Keanggotaan.
Pada umumnya yang menjadi sasaran dari terapi kelompok adalah yang memiliki masalah yang sama. Dalam psikoterapi yang intensif kelompok yang heterogen lebih menguntungkan dimana anggotanya terdiri dari berbagai macam kelompok umur, jenis kelamin dan kepribadian. Sedangkan kelompok pskoterapi yang lain adalah kelompok homogen yang anggotanya mempunyai kebiasaan yang sama misalnya alcoholism, homosexual, ada kecenderungan setiap anggota mendiskusikan masalah yang sama atau mendukung anggota lainnya. Keanggotaan sebuah terapi kelompok mempunyai beberapa persyaratan;
1) Sudah ada diagnosa atau satu hasil observasi yang jelas.
2) Sudah tidak terlalu gelisah, agresif, incoheren, dan waham yang tidak terlalu berat sehingga dapat kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya terapi kelompok (Yosep, 2009. Hlm. 356).
2.1.3 Bentuk-bentuk Terapi Aktifitas Kelompok.
Menurut Keliat & Akemat (2004. Hlm. 13), terapi aktifitas kelompok dibagi menjadi empat bagian yaitu:
1. Terapi aktifitas kelompok Stimulasi Kognitif/perspsi.
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan dalam setiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan responden klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Aktifitas berupa stimulus dan persepsi, stimulus yang dipersiapkan: membaca artikel/majalah/buku/puisi, mmenonton acara TV (Keliat & Akemat, 2004. Hlm. 13).
2. Terapi Aktifitas Kelompok Sensori.
Aktifitas digunakan sebagai stimulus pada sensoris klien. Kemudian diobservasi reaksi sensori klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi perasaan secara non verbal(ekspresi wajah, gerakan tubuh). Biasanya klien tidak mau mengungkapkan komunikasi verbal akan terstimulasi emosi dan perasaannya serta menampilkan respon. Aktifitas yang digunakan sebagai stimulus adalah musik, seni, menyanyi, dan menari.
3. Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Realita.
Klien dioreantasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, dan lingkungan yang mempunyai hubungan dengan klien. Demikian pula pada oreantasi waktu saat ini, waktu yang lalu dan rencana kedepan. Aktifitas dapat berupa: oreantasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar, dan semua kondisi nyata (Keliat & Akemat, 2004. Hlm. 14).
4. Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi.
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien. Sosialisasi dapat dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu dan satu), kelompok, dan masa. Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok (Akemat, 2004. Hlm. 14-15).
2.1.4 Peran Perawat dalam Terapi Aktifitas Kelompok.
Menurut Purwaningsih (2009, hlm. 43-44). Peran perawat jiwa profesional dalam pelaksanaan terapi aktifitas kelompok pada penderita adalah:
1. Mempersiapkan program terapi aktifitas kelompok
Sebelum melaksanakan terapi aktifitas kelompok, perawat harus terlebih dahulu, membuat proposal. Proposal tersebut akan dijadikan panduan dalam melaksanakan terapi aktifitas kelompok, komponen yang dapat disusun meliputi: deskriptif, karakteristik klien, masalah keperawatan waktu pelaksanaan kondisi ruangan serta uraian tugas terapis.
2. Tugas sebagai leader dan coleader.
Meliupti tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi yang terjadi dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisnya kelompok, menjadi motivator, membatu kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta mengarahkan dan memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.
3. Tugas sebagai Fasilitator.
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai anggota kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.
4. Tugas sebagai observer.
Tugas seorang observer meliputi : mecatat serta mengamati respon penderita, mengamati jalannya proses terapi aktifitas dan menangani peserta/anggota kelompok yang drop out. Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi. Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub kelompok, kurangnya keterbukaan, resistensi baik induvidu maupun kelompok dan adanya anggota kelompok yang drop out. Cara untuk mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok terapis, kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktifitas tersebut.
5. Program antisipasi masalah.
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi) yang dapat mempengaruhi proses pelaksanan terapi aktifitas kelompok.
2.2 Konsep Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi.
2.2.1 Defenisi
Suatu upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial (Keliat & Akemet. 2004. Hlm. 16). Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien. Sosialisasi dapat dilakukan secara bertahap dari interporsonal (satu dan satu), kelompok, dan massa. Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.
2.2.2 Tujuan.
Penderita dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap, dalam bentuk: penderita mampu memperkenalkan diri, mampu berkenal dengan anggota kelompok, mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok, mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan, mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi kepada orang lain, mampu bekerjasama dalam permainanan sosialisasi kelompok dan penderita mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan terapi aktifitas kelompok sosialisasi yang dilakukan ( Kaliat & Akemat, 2004. Hlm.16).
2.2.3 Aktifitas dan Indikasi.
Aktifitas TAKS dilakukan tujuh sesi yang melatih kemampuan sosialisasi klien. Klien yang mempunyai indikasi TAKS adalah klien dengan gangguan sosial sebagai berikut:
1) Klien isolasi sosial yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal.
2) Klien dengan kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai dengan stimulus (Keliat & Akemat, 2004. Hlm. 17).
Beberapa aspek dari klien yang harus diperhatikan dalam penjaringan klien yang akan diberikan aktivitas kelompok adalah :
- Aspek emosi
Gelisah, curiga, merasa tidak berguna, tidak dicintai, tidak dihargai, tidak diperhatikan, merasa disisihkan, merasa terpencil, klien merasakan takut dan cemas, menyendiri, menghindar dari orang lain
- Aspek intelektual
Klien tidak ada inisiatif untuk memulai pembicaraan, jika ditanya klien menjawab seperlunya, jawaban klien sesuai dengan pertanyaan perawat
- Aspek sosial
Klien sudah dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat, klien mengatakan bersedia mengikuti therapi aktivitas, klien mau berinteraksi minimal dengan satu perawat lain ke satu klien lain
Therapi aktivitas kelompok sosialisasi dan stimulasi persepsi merupakan sebagian dari terapi aktifitas kelompok yang bisa dilaksanakan dalam praktek keperawatan jiwa. Terapi ini diharapkan dapat memacu klien untuk melakukan hubungan interpersonal yang adekuat dan mengidentifikasi secara benar stimulus persepsi eksternal.
2.2.4 Therapi aktivitas kelompok sosialisasi & stimulasi persepsi ditujukan pada klien dengan masalah keperawatan :
1. Isolasi sosial : Menarik diri
2. Harga diri rendah
3. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
2.3 Konsep skizofrenia
2.3.1 Pengertian
Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 1997; 46).
2.3.2 Penyebab
1. Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ).
2. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.
3. Metabolisme
Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik.
4. Susunan saraf pusat
Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan.
5. Teori Adolf Meyer
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).
6. Teori Sigmund Freud
Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme dan (3) kehilangan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.
7. Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain).
8. Teori lain
Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui.
9. Ringkasan
Sampai sekarang belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia. Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang mempercepat, yang menjadikan manifest atau faktor pencetus (presipitating factors) seperti penyakit badaniah atau stress psikologis, biasanya tidak menyebabkan Skizofrenia, walaupun pengaruhnya terhadap suatu penyakit Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal.( Maramis, 1998;218 ).
2.3.3 Pembagian Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara lain :
1. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan.
2. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti manerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinasi banyak sekali.
3. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.
4. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.
5. Episode Skizofrenia akut
Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.
6. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia.
7. Skizofrenia Skizo Afektif
Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga gejala-gejala depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi.
2.3.4 Konsep Dasar Skizofrenia Hebefrenik
1. Batasan : Salah satu tipe skizofrenia yang mempunyai ciri ;
· Inkoherensi yang jelas dan bentuk pikiran yang kacau (disorganized).
· Tidak terdapat waham yang sistemik
· Efek yang datar dan tak serasi / ketolol – tololan.
2. Gejala Klinik : Gambaran utama skizofrenia tipe hebefrenik berupa :
· Inkoherensi yang jelas
· Afek datar tak serasi atau ketolol – tololan.
· Sering disertai tertawa kecil (gigling) atau senyum tak wajar.
· Waham / halusinasi yang terpecah – pecah isi temanya tidak terorganisasi sebagai suatu kesadaran, tidak ada waham sistemik yang jelas gambaran penyerta yang sering di jumpai.
· Menyertai pelanggaran (mennerism) berkelakar.
· Kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrem dari hubungan sosial.
· Berbagai perilaku tanpa tujuan.
· Gambaran klinik ini di mulai dalam usia muda (15-25 th) berlangsung pelan – pelan menahan tanpa remisi yang berarti peterroasi kepribadian dan sosial terjadi paling hebat di banding tipe yang lain.
BAB III
PENATALAKSANAAN
3.1 KEGIATAN
3.1.1 Kegiatan TAKS
1. Perkenalan
Kelompok perawat memperkenalkan identitas diri masing-masing dipimpin oleh leader. Leader menjelaskan peraturan kegiatan dalam kelompok.
2. Kegiatan
Klien mencari pasangan yang tepat, melakukan perkenalan dengan pasangan, melakukan perkenalan di depan kelompok, melakukan perintah permainan dan memberikan jawaban atas pertanyaan dari kelompok.
3. Evaluasi
Setelah mengikuti kegiatan klien dipersilahkan untuk mengemukakan perasaan dan pendapatnya tentang kegiatan
4. Terminasi/Penutup
Leader menjelaskan kembali tujuan dan manfaat kegiatan, klien menyebutkan kembali tujuan dan manfaat kegiatan.
3.1.2 Rencana pelaksanaan
- Kriteria klien yang mengikuti terapi TAK di ruang kenari RSJ lawang
- Klien menarik diri yang sudah mulai berinteraksi dengan beberapa klien lain
- Klien halusinasi yang sudah dapat mengontrol halusinasinya
- Peserta :
· Tn, Kirman,
· Tn, Supawi
· Tn, M. Fauzi
· Tn, Eka purnama
· Tn, Arif abdulah
· Tn, Satuman
· Tn, Abdul wahid
- Masalah Keperawatan
- Menarik diri
- Harga diri rendah
- Halusinasi
- Persiapan
a. Analisa Situasi
1). Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Selasa, 6 Desember 2011
Waktu : Pk.09.00 – 10.00 WIB
Alokasi Waktu : Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
Permainan (35 menit)
Ekpress feeling (15 menit)
Penutup (5 menit)
2). Jumlah Perawat
Mahasiswa PSIK : 5 Orang
Perawat Ruangan : 1 orang
3). Pembagian Tugas
Leader : sylvie puspita
Co-Leader : antnius ongan mare
Observer : melkiades eko
Fasilitator : serovina hin, joana sares
4). Alat Bantu
a. Tape Recorder
b. Bola tenis
c. buku catatn dan bulpen
d. jadwal kegiatan klien
e. flipchart/whiteboard dan spidol
b. Proses Pelaksanaan
1. Perkenalan
- Kelompok perawat memperkenalkan diri, urutan ditunjuk oleh pembimbing untuk memulai menyebut nama, kemudian leader menjelaskan tujuan dan peraturan kegiatan dalam kelompok
- Bila akan mengemukakan perasaannya klien diminta untuk lebih dulu menunjukkan tangannnya
- Bila klien ingin keluar untuk minum, BAB/BAK harus minta ijin pada perawat
- Pada akhir perkenalan pemimpin mengevaluasi kemampuan identifikasi terhadap perawat dengan menanyakan nama perawat yang ditunjuk oleh leader
- Menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu: kaset pada tape recorder dihidupkan serta bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam dan pada saat kaset tepe dimatikan anggota yang memegang bola memperkenalkan dirinya.
2. Tahap kerja
· Hidupkan kaset pada tape dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam.
· Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapatkan giliran untuk menyebutkan salam, nama lengkap, nama panggilan, hobi dan asl, dimulai dari terapis sebagai contoh.
· Tulis nama panggilan pada kertas/papan nama dan stempel/ pakai.
· Ulangi kegiatan sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
· Berikan pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.
3. Tahap Terminasi ( Evaluasi) :
(1) Menanyakan perasaan penderita setelah mengikuti TAKS.
(2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
(3) Menilai kemampuan penderita memperkenalkan diri secara verval.
4. Rencana Tindak Lanjut.
(1) Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri kepada orang lain dikehidupan sehari- hari.
(2) Memasukan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian penderita.
5. Kontrak Yang Akan Datang.
· Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok.
· Menyepakati waktu dan tempat. Evaluasi/validasi (menanyakan keadaan penderita saat ini dan menanyakan apakah telah mecoba memperkenalkan diri pada orang lain).
A. LAMPIRAN TAKS
Sesi 1:TAKS
Kemampuan memperkenalkan diri
a. kemampuan verbal
No | Aspek yang dinilai | Nama klien | ||||
| | | | | ||
1 | Menyebut nama lengkap | | | | | |
2 | Menyebut nama panggilan | | | | | |
3 | Menyebut asal | | | | | |
4 | Menyebut hobi | | | | | |
Jumlah | | | | | |
b. Kemampuan non verbal
No | Aspek yang dinilai | Nama klien | ||||
| | | | | ||
1 | Kontak mata | | | | | |
2 | Duduk tegak | | | | | |
3 | Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai | | | | | |
4 | Mengikuti kegiatan dari awal sampe akhir | | | | | |
Jumlah | | | | | |
Pentunjuk
- Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK
- Untuk tiap klien semua aspek dinilai dengan memberi tanda √ jika ditemukan pada klien atau tanda x jika tidsk ditemukan
- Jumlah kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu, dan jika nilai 0,1, atau 2 klien belum mampu
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Misalnya, klien mengikuti sesi 1 TAKS, klien mampu memperkenalkan diri secara verbal dan non verbal, dianjurkan klien memperkenalkan diri pada klien lain di ruang perawat (buat jadwal)
Sesi 2 TAKS
Kemampuan berkenalan
a Kemampuan verbal
no | Aspek yang dinilai | Nama klien | ||||
| | | | | | |
1 | Menyebutkan nama lengkap | | | | | |
2 | Menyebutkan nama panggilan | | | | | |
3 | Menyebut asal | | | | | |
4 | Menyebutkan hobi | | | | | |
5 | Menanyakan nama lengkap | | | | | |
6 | Menanyakan nama panggilan | | | | | |
7 | Menanyakan asal | | | | | |
8 | Mananyakan hobi | | | | | |
| jumlah | | | | | |
b Kemampuan non verbal
no | Aspek yang dnilai | Nama klien | ||||
1 | Kontak mata | | | | | |
2 | Duduk tegak | | | | | |
3 | Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai | | | | | |
4 | Meningkatkan kegiatan dari awal sampai akhir | | | | | |
jumlah | | | | | |
Petunjuk
1) Dibawah ini judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAKS
2) Untuk tiap klen, semua aspek dinilai memberi tanda √ ika ditemukan pada klien atau tanda x jika tidak ditemukan
3) Jumlahkan kemampuan yang ditemukan
a. Kemampuan verbal, disebut mampu jika mendapat nlai ≥ 6
b. Kemampuan non verrbal, disebut mampu jika dapat nilai 3 atau 4 disebut belum mampu jika mendapat nila ≥5
c. Kemampuan nonverbal , disebut mampu jika dapat nlai 3 atau 4 disebut belum mampu jika mendapat nilai ≤2
Dokumentasi
Dokumentas kemampuan yang klien miliki ketika TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien, misalnya, jika nilai klien 7 untuk verbal dan 3 untuk non verbal, catatan keperawatan adalah klien mengikut TAKS sesi 2, klen mampu berkenalan secara verbal dan non verbal, anjurkan klien berkenalan dengan klien lain, buat jadwal
Sesi tiga TAKS
Kemampuan bercakap-cakap
a Kemampuan verbal: bertanya
NO | Aspek yang dinlai | Nama klien | ||||
1 | Mengajukan pertanyaan yang jelas | | | | | |
| Mengajukan pertanyaaan yang ringkas | | | | | |
| Mengajukan pertanyaan yang relevan | | | | | |
| Mengajukan pertanyaan secara spontan | | | | | |
Jumlah | | | | | |
b Kemampan verbal:menjawab
No | Aspek yang dnilai | Nama klien | ||||
1 | Menjawab dengan jelas | | | | | |
2 | Menjawab dengan ringkas | | | | | |
3 | Menjawab denganrelevan | | | | | |
4 | Menjawab dengan spontan | | | | | |
| Jumlah | | | | | |
c Kemampuan non verbal
No | Aspek yang dinlai | Nama klien | ||||
1 | Kontak mata | | | | | |
2 | Duduk tegak | | | | | |
3 | Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai | | | | | |
4 | Mengkut kegatan dar awal sampai akhr | | | | | |
| | | | | | |
Petunjuk:
1. Dibawa judul nama klien,tulis nama panggilan klien.
2. Untuk tiap klien semua aspek dimulai dengan memberi tanda √ jika ditemukan pada klien dan tanda x jika tidak ditemukan.
3. .jumlahkan kemampuan yang ditemukan jika mendapat nilai 3 atau 4,klien mampu;jika nilai≤2 klien dianggap belum mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAKS pada catatn proses keperwatan tiap klien.Misalnya,nlai kemampuan verbal bertanya 2, kemampuan verbal menjawab 2, dan kemampuan nonverbal 2, maka catatn keperawatan adalah klien mengikuti TAKS sesi 3, klien belum mampu bercakap cakap secara verbal dan nonverbal. Dianjurkan latihan diulang diruangan.(buat jadwal).
Sesi 4: TAKS
Kemampuan bercakap-cakap kemampuan tertentu
a Kemampuan verbal menyampakan topik
no | Aspek yang dnila | Nama klien | ||||
1 | Menyampakan topik dengan jelas | | | | | |
2 | Menyampakan topk secara ringkas | | | | | |
3 | Menyampakan topk yang relaevan | | | | | |
4 | Menyampakan topik secara spontan | | | | | |
| jumlah | | | | | |
b Kemampuan untuk memlh topik
No | Aspek yang dinlai | Nama pasien | ||||
1 | Memlh topik dengan jelas | | | | | |
2 | Memilih topik secara ringkas | | | | | |
3 | Memilih topik yang relevan | | | | | |
4 | Memilih topik secara spontan | | | | | |
| jumlah | | | | | |
c Kemampuan verbal:memberi pendapat
no | Aspek yang dnilai | Nama klien | ||||
1 | Memberi pendapat dengan jelas | | | | | |
2 | Memberi pendapat secara ringkas | | | | | |
3 | Memberi pendapat yang relevan | | | | | |
4 | Memberi pendapat secara spontan | | | | | |
| jumlah | | | | | |
d Kemampuan non verbal
No | Aspek yang dinilai | Nama klien | ||||
1 | Kontak mata | | | | | |
2 | Duduk tegak | | | | | |
3 | Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai | | | | | |
4 | Mengikuti kegiatan dari awal sampai akir | | | | | |
Petunjuk:
1. Dibawah judul nama klien,tulis nama panggilan nama klien yang iut TAKS.
2. Untuk tiap klien semua aspek dimulai dengan memberi tanda jika ditemukan pada klien atau tanda x jika tidak ditemukan
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan.jka yang mendapat nilai 3 dan 4 klen mampu.jika nilai kurang dari 2klien belum mampu
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAKS pada saat proses keperawatan tiap klien.misalnya kemampuan menyampaikan topik masalah pribad yang akan dipercakapkan 3,memilih dan memberi pendapat 2, kemampuan nonverbal.untuk itu catatn keperawatan adalah:klien mengikuti TAKS ses 5, klien mampu menyelesaikan masalah prbad yang ingin dibicarakan, belum mampu memilihdan memberi pendapat, tetapi nonverbalnya baik.anjurkan atau latih untuk bercakap-cakap tentang masalah pribadi dengan perawat dan klien di ruang rawat (buat jadwal)
0 komentar:
Posting Komentar