Minggu, 01 April 2012

askep gerontik nutrisi lansia

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN


*      KEBUTUHAN NUTRISI
A.    Definisi nutrisi
Ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses kehidupan lansia.
B.      Faktor-faktor  yang  mempengaruhi  kebutuhan  gizi  pada Lansia
1.      Berkurangnya  kemampuan  mencerna    makanan  akibat  kerusakan  gigi  atau ompong.
2.      Berkurangnya  indera  pengecapan  mengakibatkan  penurunan  terhadap  cita  rasa manis, asin, asam, dan pahit.
3.      Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
4.      Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
5.      Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
6.      Penyerapan makanan di usus menurun.
C.     MASALAH GIZI PADA LANSIA
1.       Gizi berlebih
Gizi berlebih pada  lansia banyak  terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar.  Kebiasaan  makan  banyak  pada  waktu  muda  menyebabkan  berat  badan berlebih,  apalai  pada  lansia  penggunaan    kalori  berkurang  karena  berkurangnya aktivitas  fisik. Kebiasaan makan  itu  sulit  untuk  diubah walaupun  disadari  untuk mengurangi makan. Kegemukan  merupakan  salah  satu  pencetus  berbagai  penyakit,  misalnya  : penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.
2.       Gizi kurang  
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga  karena  gangguan  penyakit.  Bila  konsumsi  kalori  terlalu  rendah  dari  yang  dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal  ini disertai  dengan  kekurangan  protein  menyebabkan  kerusakan-kerusakan  sel  yang  tidak  dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
3.       Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang,
penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
D.    .  PEMANTAUAN STATUS NUTRISI
1.      Penimbangan Berat Badan
a.       Penimbangan BB
dilakukan secara  teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan  berat  badan  lebih  dari  0.5 Kg  /minggu menunjukkan  kekurangan berat badan.
b.       Menghitung berat badan ideal pada dewasa :  
Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan  untuk  wanita  dengan  TB  kurang  dari  150  cm  dan  pria  dengan  TB kurang dari 160 cm, digunakan rumus :  Berat badan ideal = TB dalam cm – 100  Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih  Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang
4.       Kekurangan kalori protein
Waspadai  lansia  dengan  riwayat  :  Pendapatan  yang  kurang,  kurang bersosialisasi,  hidup  sendirian,  kehilangan  pasangan  hidup  atau  teman,  kesulitan mengunyah,  pemasangan  gigi  palsu  yang  kurang  tepat,  sulit  untuk  menyiapkan makanan, sering mangkonsumsi obat-obatan yang mangganggu nafsu makan, nafsu makan berkurang, makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera. Karena hal ini  dapat menurunkan  asupan  protein  bagi  lansia,  akibatnya  lansia menjadi  lebih mudah sakit dan tidak bersemangat.
5.      Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar matahari, jarang atau  tidak pernah minum susu, dan kurang mengkonsumsi vitamin D yang banyak terkandung pada ikan, hati, susu dan produk olahannya.
E.      PERENCANAAN MAKANAN UNTUK LANSIA
Perencanaan makan secara umum               
1.       Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
2.       Perlu  diperhatikan  porsi  makanan,  jangan  terlalu  kenyang.
Porsi  makan hendaknya  diatur merata  dalam  satu  hari  sehingga  dapat makan  lebih  sering dengan porsi yang kecil. Contoh menu : Pagi   : Bubur ayam, Jam 10.00  : Roti Siang   : Nasi, pindang telur, sup, pepaya, Jam 16.00  : Nagasari, Malam  : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang   3
3.      Banyak minum dan kurangi garam
 Dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran  sisa makanan,  dan menghindari makanan  yang  terlalu  asin  akan memperingan  kerja  ginjal  serta  mencegah  kemungkinan  terjadinya  darah tinggi.
4.        Batasi  makanan  yang  manis-manis  atau  gula,  minyak  dan  makanan  yang  berlemak seperti santan, mentega dll.
5.       Bagi pasien lansia yang prose penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan. hal-hal sebagai berikut :
Ø  Makanlah makanan yang mudah dicerna
Ø  Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan
Ø  Bila  kesulitan mengunyah  karena  gigirusak  atau  gigi  palsu  kurang  baik,
Ø  makanan harus lunak/lembek atau dicincang
Ø  Makan dalam porsi kecil tetapi sering
Ø  Makanan  selingan  atau  snack,  susu,  buah,  dan  sari  buah  sebaiknya
Ø  diberikan
6.       Batasi  minum  kopi  atau  teh,  boleh  diberikan  tetapi  harus  diencerkan  sebab berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.  
7.      Makanan mengandung  zat  besi  seperti  :  kacang-kacangan,  hati,  telur,  daging  rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau.
8.      Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi makanan yang digoreng
9.      Perencanaan makan untuk mengatasi perubahan saluran cerna, Untuk mengurangi resiko konstipasi dan hemoroid :
Ø  Sarankan  untuk  mengkonsumsi  makanan  berserat  tinggi  setiap  hari,  seperti
Ø  sayuran dan buah-buahan segar, roti dan sereal.
Ø  Anjurkan  pasien  untuk minum  paling  sedikit  8  gelas  cairan  setiap  hari  untuk melembutkan feses.
Ø  Anjurkan  untuk  tidak menggunakan  laksatif  secara  rutin  ,  karena  pasien  akan menjadi tergantung pada laksatif.
F.      CARA MEMBERI MAKAN MELALUI MULUT (ORAL)
Ø  Siapkan makanan dan minuman yang akan diberikan
Ø  Posisikan pasien duduk atau setengah duduk.
Ø Berikan sedikit minum air hangat sebelum makan. 
Ø  Biarkan pasien untuk mengosongkan mulutnya setelah setiap sendokan.
Ø  Selaraskan  kecepatan  pemberian  makan  dengan  kesiapan  pasien,  tanyakan pemberian makan terlalu cepat atau lambat.
Ø Perbolehkan pasien  untuk menunjukkan  perintah  tentang makanan  pilihan  pasien yang ingin dimakan.
Ø  Setelah selesai makan, posisi pasien tetap dipertahankan selama ± 30 menit.
G.    PRINSIP PEMBERIAN MAKAN MELALUI SONDE (NGT)
Ø  Pemberian makan melalui  sonde  ditujukan  untuk memenuhi  kebutuhan  nutrisi
Ø  pasien yang memiliki masalah dalam menelan dan mengunyah makanan, seperti pada
Ø  pasien-pasien stoke. Adapun prinsip pemberiannya adalah sebagai berikut :
1.      Siapkan makanan cair dan minuman hangat
2.       Naikkan bagian kepala tempat tidur 30 – 45 derajat pada saat memberi makan dan 30 menit setelah memberi makan.
3.       Bilas selang sonde dengan air hangat terlebih dahulu.    4
4.      Pastikan  tidak  ada  udara  yang masuk  ke  dalam  sonde  pada  saat memberi makan atau air. Pastikan pula selang dalam keadaan tertutup selama tidak diberi makan.
5.      Periksa kerekatan selang, jika selang longgar beritahu perawat.
6.      Laporkan adanya mual dan muntah dengan segera.
7.       Lakukan perawatan kebersihan mulut dengan sering.
H.     CONTOH BAHAN MAKANAN UNTUK SETIAP KELOMPOK MAKANAN
1.     Bahan makanan sumber karbohidrat (zat energi) :
Nasi, bubur beras, nasi jagung, kentang, singkong, ubi, talas, biskuit, roti , crakers, maizena, tepung beras, tepung terigu, tepung hunkwe, mie, bihun.
2.    Bahan makanan sumber lemak (zat energi) :
Minyak goreng, minyak ikan, margarin, kelapa, kelapa parut, santan, lemak daging.
3.     Bahan makanan sumber protein hewani :
Daging sapi, daging ayam, hati, babat, usus, telur, ikan, udang.
4.     Bahan makanan sumber protein nabati :
Kacang ijo, kacang kedelai, kacang merah, kacang tanah, oncom, tahu, tempe.
I.        PRINSIP LIMA BENAR PEMBERIAN OBAT ORAL
1.    Benar obat : obat yang diberikan harus sesuai dengan resep dokter.
2.    Benar dosis  : jumlah obat yang diberikan  tidak dikurangi atau dilebihkan. Penting diingat jenis obat antibiotik harus diberikan sampai habis.
3.    Benar pasien : Pastikan obat diminum oleh pasien yang bersangkutan.
4.      Benar cara pemberian yaitu melalui oral : berikan obat melalui mulut atau sonde.
5.      Benar  waktu  :  Pastikan  pemberian  obat  tepat  pada  jadwalnya,  misalnya  3  x  1 berarti obat diberikan setiap 8 jam dalam 24 jam ; jika 2 x1 berarti obat diberikan setiap 12 jam sekali.
*      KEBUTUHAN CAIRAN PADA LANJUT USIA
A.       FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN CAIRAN PADA LANSIA
1.    Berat  badan  (lemak  tubuh)  cenderung  meningkat  dengan  bertambahnya  usia, sedangkan  sel-sel  lemak  mengandung  sedikit  air,  sehingga  komposisi  air  dalam tubuh  lansia  kurang  dari  manusia  dewasa  yang  lebih  muda  atau  anak-anak  dan bayi.  
2.    Fungsi ginjal menurun dengan bertambahnya usia. Terjadi penurunan kemampuan untuk memekatkan urin, mengakibatkan kehilangan air yang lebih tinggi. 
3.    Terdapat  penurunan  asam  lambung,  yang  dapat  mempengaruhi  individu  untuk mentoleransi  makanan-makanan  tertentu.  Lansia  terutama  rentan  terhadap konstipasi  karena  penurunan  pergerakan  usus.  Masukan  cairan  yang  terbatas, pantangan  diit,  dan  penurunan  aktivitas  fisik  dapat  menunjang  perkembangan konstipasi.  Penggunaan  laksatif  yang  berlebihan  atau  tidak  tepat  dapat mengarah pada masalah diare.
4.     Lansia  mempunyai  pusat  haus  yang  kurang  sensitif  dan  mungkin  mempunyai masalah  dalam  mendapatkan  cairan  (  misalnya  gangguan  dalam  berjalan  )  atau mengungkapkan keinginan untuk minum (misalnya pasien stroke).
B.        MASALAH CAIRAN PADA LANSIA
Masalah  cairan  yang  lebih  sering  dialami  lansia  adalah  kekurangan  cairan tubuh,  hal  ini  berhubungan  dengan  berbagai  perubahan-perubahan  yang  dialami lansia,  diantaranya  adalah  peningkatan  jumlah  lemak  pada  lansia,  penurunan  fungsi ginjal untuk memekatkan urin dan penurunan rasa haus.

C.        PEMANTAUAN STATUS CAIRAN PADA LANSIA
1.     Tanda-tanda kekurangan cairan 
  Tanda – tanda vital
1.      Terjadi peningkatan suhu tubuh
2.      Dapat  terjadi  peningkatan  frekuensi  pernafasan  dan  kedalaman  pernafasan   (normal : 14 – 20 x/mnt)
3.      Peningkatan frek. denyut nadi (normal : 60-100 x/mnt), nadi lemah, halus
4.      Tekanan darah menurun
Pemeriksaan Fisik :
a.       Kulit kering dan agak kemerahan 
b.      Lidah kering dan kasar
c.       Mata cekung
d.      Penurunan BB yang terjadi scr tiba2/drastis
e.       Turgor kulit menurun (Lansia kurang akurat)
Perilaku :
a.       Penurunan kesadaran
b.      Gelisah
c.        Lemah
d.       Pusing
e.        Tidak nafsu makan
f.        Mual dan muntah
g.       Kehausan (pada lansia kurang signifikan)
h.      Terjadi penurunan jumlah urin
2.     Tanda-tanda kelebihan cairan 
 Tanda –tanda vital
1.       Terjadi penurunan suhu tubuh
2.       Dapat terjadi sesak nafas
3.       Denyut nadi teraba kuat dan frekuensinya meningkat
4.      d. Tekanan darah meningkat
6.        Pemeriksaan fisik :
a. Turgor kulit meningkat (lansia kurang akurat)   6
b. Edema
c. Peningkatan BB secara tiba-tiba
d. Kulit lembab
  Perilaku :
a. Pusing
b. Anoreksia / tidak nafsu makan
c. mual muntah
  Peningkatan jumlah urin (jika ginjal masih baik)


BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN



A.    PENGKAJIAN
Berat badan
Berhubungan dengan tinggi badan, contoh IMT (indeks massa tubuh) atau
catatan yang tepat
1.      Perubahan berat badan
Difokuskan pada kehilangan atau pertambahan berat badan saat ini
2.      Pertumbuhan gigi
Apakah lansia memakai gigi palsu atau apakah mereka memerlukan gigi palsu? Apakah gigi palsu yang ada hilang atau rusak?
3.      Kebiasaan makan
Aspek pribadi, budaya, dan agama mengenal asupan nutrisi
4.      Kemampuan untuk makan
Dapatkah lansia memindahkan makanan dari piring ke mult dan menelannya dengan baik
5.      Farmakologi
Apakah klien banyak meminum obat-obatan (termasuk medikasi yang dilakukan sendiri) yang dapat berakibat buruk terhadap nutrisi.
B.     DIAGNOSA
1.      Ganguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan nafsu makan
Tujuan :
·         Nnafsu makan meningkat
·         Klien makan 3x sehari
·         Dalam waktu 1 sampai 3 bulan terjadi peningkatan berat badan
Intervensi keperawatan
·         Kaji pengetahuan klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
·         Berikan penjelasan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
·         Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
·         Ajarkan pasien untuk makan pagi
·         Ajurkan pasien untuk pasien makan tinggi serat untuk menghindri terjadinya konstipasi
2.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses inflamasi sendi yang ditandai dengan deformitas tulang
Tujuan
·         Nyeri pasien berkurang
·         Pasien dapat melakukan mobilisasi dengan nyaman
Intervensi
·         Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman
·         Ajarkan pasien untuk mandi air hangat dan juga kompres sendi
·         Ajarkan pasien untuk masage lembut
·         Kolaborasi dengan pemberian obat anti nyeri dan inflamasi
3.      Gangguan persepsi sensorik: penglihatan berhubungan dengan kemunduran
·         Intervensi keperawatan pada lansia dengan masalah penglihatan adalah sebagai berikut:
·         Kaji penyebab adanya gangguan penglihatan pada klien.
·         Pastikan objek yang dilihat dalam lingkup lapang pandang klien.
·         Beri waktu lebih lama untuk memfokuskan sesuatu
·          Bersihkan mata, apabila ada kotoran gunakan kapas basah dan bersih.
·         Kolaborasi untuk penggunaan alat bantu, penglihatan seperti kacamata dan penatalaksanaan medis untuk katarak.
·          Berikan penerangan yang cukup.
·         Hindari cahaya yang menyilaukan.
·          Tulisan dicetak tebal dan besar untuk menandai atau pemberian informasi tertulis.
Daftar pustaka
3.      Nugroho, Wahjudi.2004. Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC
4.      Darmojo, R. Boedhi.,dkk.2004. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI



0 komentar:

kreator by: jony erdian s